Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2016

Aku hanyalah aku

Aku cemburu pada detak jam Yang menjadi pengingatmu saat lengah Aku cemburu pada sinar bulan Yang selalu menemanimu dalam gelap Aku cemburu pada apa yang kau kenakan Yang selalu ada bersama jejak dan langkahmu Aku cemburu pada udara yang kau hirup Yang mejadi energi dalam detak jantungmu Aku cemburu pada dia Yang mengisi ruang hatimu yang kosong Aku bukan jam Aku bukan bulan Aku bukan udara yang kau hirup Aku bukan apa yang kau kenakan Dan aku bukan dia. Aku hanyalah aku yang mencintaimu dalam diam Aku hanyalah aku yang menjagamu dalam sepi

Ruang Kosong

Aku bukan kamu Kamu bukan aku Aku bukan mereka Mereka bukan aku Apa arti hidup yang sebenarnya ? Mandiri atau hanya mengikuti Berdiri atau untuk tertidur kembali ? Apa maksud Tuhan menciptakan manusia ? Abadi atau hanya untuk mati Berlari atau setelah itu berhenti ? Apa yang kalian lakukan bila telah mati ? Menunggu atau hanya bisa diam terpaku Ataukah mematung melihat tubuh digerogoti belatung ? Kepada siapa aku harus meraung? Si tuli. Siapa yang bisa melihat keberadaanku ? Si buta. Siapa yang mau bicara denganku ? Si bisu. Siapakah hidup ? Siapakah mati ? Dimana tempat cahayaku takkan tedup ? Dimana aku akan abadi ? Kekurangan menjadi kelebihan. Omong kosong. Kematian menjadi kelahiran kembali. Dongeng indah. Kemanakah aku akan pergi ? Pergi dan tak akan mungkin kembali Apakah hidup hanya u n tuk mati ? Atau m enderita dengan segala ketidaksempurnaan yang ku miliki ? 

Apa Yang Salah ?

Apa ada masalah dengan cinta ? Ketika diriku tak bisa merasakannya  Apa ada yang salah dengan rasa ? Ketika lidahku kelu untuk mengatakannya Apa ada masalah dengan hati ? Ketika aku tak merasakan hadirmu disisi Apa ada yang salah dengan hidup ? Ketika cahaya mentari mulai redup Apa ada masalah dengan jarum jam ? Ketika tak lagi menunjukan detak dalam detiknya. Apa ada masalah dengan benang ? Ketika tak bisa menyatukan hati yang patah Apa ada masalah dengan inderamu ? Ketika tak bisa meraba getar dalam jantungku Apa ada masalah dengan langkah ? Ketika berhenti bukan karena lelah Apa ada yang salah dengan topan ? Ketika geraknya dihancurkan hujan Apa ada masalah dengan rindu ? Ketika semua harapan telah membeku Apakah ada masalah dengan jalan pulang ? Ketika jiwa ini perlahan hilang Apa ada yang salah dengan napas ? Ketika keping – keping hati mulai lepas Apa ada yang salah dengan bumi ? Ketika d...

Garis Lengkung Tak Berujung

Aku berada di garis lengkung tak berujung Aku didalam Kau di luar Aku tak bisa keluar. Begitu pun juga kau Tak ada patah disetiap goresannya Aku mendekat Terbentur garis cakrawala Menggenggam tangamu. Menetang takdir Aku ingin keluar dari garis lengkung tak berujung Tapi apa daya ? Hidupku tergagas dari sini Aku ingin menghindar dari garis lengkung tak berujung Tapi tak akan mungkin Kematian saja tak akan bisa Pada garis lengkung tak berujung Aku tak berarti apa – apa Kosong tanpa isi Hilang dari semesta Garis lengkung tak berujung Membawa ku pada kerasnya khatulistiwa Garis lengkung tak berujung Membawa aku pada kebisuaan 

Aku Ini Penantang Maut

Aku ini penantang maut Dari kumpulan koloni yang hilang Aku ini penentang takdir Dari hancurnya ekosistem yang terbuang Aku ini pembangun istana pasir Tersapu ombak garis pantai Aku ini petualang hidup Berjalan pada gelapnya lorong yang sempit Biar belati menyayat kulitku Tubuh ini akan tetap berdiri Tak akan jatuh Tak akan tumbang Aku bukan malaikat Tapi aku tuhan Tuhan atas diriku sendiri Aku ini penentang maut Dalam lingkaran kuasa tuhan

Sendiri sepi

Meringkuk, sendiri Menangis, sepi Terik membakar kulit Kulit menyentuh hati Tulang jadi bara Bara jadi abu Aku siapa ? Penembus cakrawala, bukan. Manusia paradoks, apalagi. Dalam kerlip bintang, aku terpejam Dibawah sinar rembulan, aku terdiam Aku. Asteroid dalam galaksi Manusia penentang ironi Dalam imaji nebula aku bernyanyi Di permadani  savana, aku menari 

Luka

Aku memeluk bayanganmu dalam gelap Mengayunkan pena tergores samar namamu Dengan tinta kelam menembus kertas hitam Menenggelamkan hati pada garis khatulistiwa Aku merengkuh tanganmu kau malah berlari Aku menggenggam hatimu kau bilang tak peduli Aku mendengar detak jantungmu kau mendengar detak arloji Aku berteriak namamu kau terdiam dalam sepi Kau bisu terdiam seribu bahasa Kau buta tak melihat keberadaananku Kau tuli tak mendengar kicauku Kau keram, terdiam kaku tak bergeming Dalam angan – angan aku mengerti Hanya bangangmu menyinggahi hati Tubuhku tersungkur luka meratapi Hati ini yang dihujani belati